MAKALAH
Dasar-Dasar Ilmu Sejarah
“Ruang Lingkup Sejarah”
Disusun Oleh :
1.
Fazri Mohehu
2.
Abdul Wahid Lasampe
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVESITAS NEGERI GORONTALO
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Semesta Alam Yang
Maha Pemberi kesempatan untuk kami
menyelesaikan tugas sejarah ini. Dan
tak lupa pula sholawat serta salam tetap tecurah kepada Nabi besar Muhammad SAW
yang telah menuntun kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang
dengan membawa agama yang sempurna addinul Islam. tugas yang kami susun ini
berjudul Ruang Lingkup Sejarah.
Penyusun menyadari bahwa isi yang terkafer dalam tugas ini masih terdapat kekeliruan, baik dari segi
sistematika maupun konsepsi keilmiahannya. Sehingganya penulis sangat berharap
kepada para pembaca yang budiman kiranya dapat memberikan kritikan maupun saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas sejarah ini pada masa-masa
selanjutnya.
Akhir kata, semoga bantuan dan petunjuk yang telah di berikan oleh berbagai
pihak memperoleh imbalan yang setimpal serta memperoleh rahmat dan hidayah dari
Allah SWT.
Wassalam...
Tim
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ...................................................................................... 1
DAFTAR
ISI ………………………………………………………………… 2
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah …………………………………… 3
1.2
Rumusan Masalah ………………………………………… 3
BAB
II PEMBAHSAN
2.1
Pengertian Sejrah ………………………………………….. 4
2.2
Sejarah Sebagai Ilmu Msa Lampau ………………………... 6
2.3 Periodisasi, Kronologi, dan krronik ……………………….. 8
2.4 Manfaat Belajar Sejarah …………………………………… 9
2.5 Contoh Cerita Sejarah ……………………………………... 11
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………… 16
3.2
Saran ………………………………………………………. 16
DAFTAR
PUSTAKA ………………………………………………………… 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
MASALAH
Dewasa
ini sejarah sudah sangat disepelekan di kalangan masyarakat luas padahal yang
kita ketahuai adalah banyak pelajaran yang kita bisa petik hikmahnya dalam
sumber-sumber cerita sejarah. Pemerintah telah
melakukan berbagai usaha untuk meminimalisir musnahnya rasa ingin tahu tentang
sejarah yang sekarang sudah mulai tertanam dalam kalangan masyarakat luas.
Upayanya pun beragam mulai dari memberlakukan sejarah sebagai salah satu media
edukasi di sekolah dan perbaikan monumen-monumen nasional guna menarik simpati masyarakat untuk lebih berminat dalam mempelajari
sejarah. Namun upaya itu
belumlah sempurna karena kurangnya pengetahuan masyarakat luas tentang apa
sebenarnya sejarah, mengapa kita harus belajar sejarah dan manfaat sejarah.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Yang jadi pertanyaan
besar untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang sejarah adalah :
1.3.1 Apa Pengertian Sejarah ?
1.3.2 Ilmu Apa Yang Ada Pada Sejarah ?
1.3.3 Apa Manfaat Dalam Belajar Sejarah ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SEJARAH
Secara etimologi atau asal
katanya Sejarah diambil dari berbagai macam istilah. Diantaranya:
·
Kata dalam
bahasa Arab yaitu syajaratun artinya pohon.
·
Mereka mengenal
juga kata syajarah annasab, artinya pohon silsilah.
Pohon dalam hal ini dihubungkan dengan keturunan
atau asal usul keluarga raja/ dinasti tertentu. Hal ini dijadikan elemen utama
dalam kisah sejarah pada masa awal. Dikatakan sebagai pohon sebab pohon akan
terus tumbuh dan berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih
komplek/ maju. Sejarah seperti pohon yang terus berkembang dari akar sampai ke
ranting yang terkecil.
·
Dalam bahasa
Jerman, yaitu Geschichte berarti sesuatu yang telah terjadi.
·
Dalam bahasa
Belanda yaitu Geschiedenis, yang berarti terjadi.
·
Dalam bahasa
Inggris yaitu History, artinya masa lampau umat manusia.
·
Kata History
sebenarnya diturunkan dari bahasa latin dan Yunani yaitu Historia artinya informasi/pencarian, dapat pula
diartikan Ilmu. Hal ini menunjukkan bahwa pengkajian sejarah sepenuhnya
bergantung kepada penyelidikan terhadap perkara-perkara yang
benar-benar pernah terjadi. Istor dalam bahasa
Yunani artinya orang pandai Istoriaartinya
ilmu yang khusus
untuk menelaah gejala-gejala dalam urutan kronologis.
Berdasarkan asal kata tersebut maka sejarah
dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah terjadi pada waktu lampau dalam
kehidupan umat manusia. Sejarah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia
dan bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat
yang sederhana ke tingkat yang lebih maju atau modern.
Berdasarkan bahasa Indonesia, sejarah
mengandung 3 pengertian:
1.
Sejarah adalah
silsilah atau asal-usul.
2.
Sejarah adalah
kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
3.
Sejarah adalah
ilmu, pengetahuan, dan cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang
benar-benar terjadi di masa lampau.
Jadi pengertian
sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau
dalam kehidupan umat manusia.
Berikut pengertian sejarah menurut bebberapa
tokoh.
1.
R. Moh. Ali,
sejarah adalah ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan- perubahan,
kejadian-kejadian, dan peristiwa yang merupakan realitas masa lalu.
2.
Ibnu Kholdun,
sejarah adalah pengalaman yang nyata atau empiris.
3.
R.G.
Colingwood, sejarah adalah ilmu yang mempelajari alam pikiran dan pengalaman-pengalaman
manusia di mana sejarah itu bersifat unik, langsung dan dekat.
4.
Beneditto
Croce, sejarah adalah cerita yang menggambarkan suatu pikiran yang hidup tentang
masas lalu.
5.
Kuntowijoyo,
sejarah adalah kontruksi masa lalu tentang apa saja yang sudah dipirkan, dikatakan, dikerjakan, dan
dialami seseorang. Sejarah adalah ilmu yang menuliskan pikiran pelaku, ilmu tentang sesuatu
yang memiliki makna soisal, ilmu tentang
manusia, dan ilmu tentang waktu yang meliputi perkembangan, kesinambungan pengulangan, serta
perubahan.
2.2 SEJARAH SEBAGAI ILMU MASA LAMPAU
Sejarah akan senantiasa membahas masyarakat
dari segi waktu. Karena itu sejarah dapat dikatakan sebagai ilmu tentang waktu.
Sebagai ilmu tentang masa lampau (sesuatu yang sudah terjadi), berarti sejarah
itu ilmu empiris.
Dalam memahami sejarah sebagai ilmu, untuk
memudahkan memberikan pemahaman, maka ada tiga pengertian tentang sejarah itu
sendiri.
2.2.1
Sejarah sebagai peristiwa
berarti suatu kejadian di masa lampau, atau
sesuatu yang sudah terjadi, dan hanya sekali terjadi (einmalig), tidak bisa
diulang. Peristiwa yang bersifat absolute dan objektif.
2.2.2
Sejarah sebagai
Kisah
Sejarah
sebagai hasil rekontruksi dari suatu peristiwa oleh para sejarawan. untuk
mewujudkan sejarah sebagai kisah maka disusunlah fakta-fakta yang diperoleh
atau dirumuskan dari sumber sejarah untuk dilakukan proses rekontruksi dengan
metode dan metodologi sejarah.
2.2.3 Sejarah sebagai ilmu.
Sejarah sebagai ilmu sudah bersifat empiris,
memiliki objek, tujuan dan memiliki metode. Dengan penjelasan sebagai berikut.
1) empiris, ilmu sejarah
melakukan kajian atau peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi pada
masa lampau.
2) objek, objek dari
penulisan sejarah adalah perubahan atau perkembangan aktivitas
manusia. Karena objeknya terkait manusia, maka ilmu sejarah dimasukkan
dalam ranah ilmu-ilmu humaniora.
3) teori, sejarah memiliki
teori atau yang disebut sebagai filsafat sejarah kritis.
4) generalisasi, dalam setiap
stusi dari suatu ilmu kemudian ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan tersebut biasanya
kesimpulan umum atau general. Kesimpulan dari ilmu sejarah adalah kesimpulan
yang lebih mendekati pola- pola atau kecenderungan dari suatu peritiwa.
Kesimpulan sejarah tidak bisa diakui
sebagai kebenaran dimana-mana. Tetapi kesimpulan sejarah sebagai koreksi atas kesimpulan ilmu lainnya
haruslah dimiliki untuk berlaku hati-hati dalam
penelitian dan menarik suatu kesimpulan.
2.2.4 Sejarah sebagai seni
Sejarawan tidak bisa sembarangan menghadirkan
peristiwa sejarah sebagai kisah sejarah. Kisah sejarawan akan memiliki daya
tarik tersendiri apabila sejarawan memiliki intuisi, imajinatif, emosi dan gaya
bahasa yang baik. Intuisi diperlukan oleh sejarawan saat memilih topik hingga
merangkai seluruh fakta menjadi sebuah kisah. Imajinatif sejarawan digunakan
untuk menyususun fakta-fakta sejarah yang berhasil ditemukan agar menjadi utuh
dan bulat sehingga mudah dipahami. Kontruksi atau gambaran sejarawan tentang
sebuah peristiwa jelas tidak bisa sama persis dengan peristiwa yang sebenarnya
sehingga sejarawan membutuhkan imajinatif untuk merangkai fakata-fakta sejarah
yang sudah tersedia. Oleh Karena itu, sejarawan memiliki emosi untuk menyatukan
perasaan dengan objeknya agar para pembaca seolah-olah terlibat langsung dengan
suatu peristiwa sejarah. Akhirnya, seluruh pengisahan sejarah harus didukung
dengan penggunaan gaya bahasa yang lugas dan hidup.
2.3 PERIODISASI, KRONOLOGI, dan KRONIK.
2.3.1 Periodisasi
Periodisasi merupakan pembabakan waktu dalam
sejarah berdasarkan dimensi ruang, waktu dan tema-tema tertentu. Rentang waktu
yang panjang menjadikan perjalanan sejarah mengalami beberapa perubahan.
Periodisasi biasanya didasari atas suatu momentum tertentu.
Pembabakan periodisasi sejarah Indonesia adalah
sebagai berikut:
1.
Zaman
Pra-aksara.
2.
Zaman
Hindu-Budha.
3.
Zaman Islam.
4.
Zaman Kolonial
Belanda.
5.
Zaman
Pendudukan Jepang.
6.
Zaman
Kontemporere (Revolusi Kemerdekaan hingga saat ini).
Periodisasi pun berkembang berdasarkan pendapat
seperti Prof. Dr. Soekanto dan Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo.
2.3.2. Kronologi
Kronologi adalah urutan peristiwa yang dimualai
dari peristiwa yang paling awal terjadi sampai yang terakhir berakhir. Kata
kronologi bersal dari kata chronos (waktu) dan logos (ilmu) yang berasal dari
kata Yunani. Jadi secara harfiah kronologi bisa diartikan sebagai ilmu tentang
waktu. Kronologi bisa disusun berdasarkan hari kejadian atau tahun terjadinya
suatu peristiwa sejarah.
2.3.3 Kronik
Kronik adalah catatan-catatan kejadian secara
singkat dari waktu ke waktu secara berurutan. Kronik terikat pada waktu, bukan
sumber. Kronik adalah bentuk sejarah, tetapi mati Karen ahanya urutan-urutan
tanggal dan peristiwa tanpa adanya penjelasan. Hal ini berbeda dengan kronologi
yang terdapat deskripsi suatu peristiowa sejarah walaupun hanya singkat.
2.4 MANFAAT
BELAJAR SEJARAH
Sejarah yang diartikan sebagai gambaran tentang
peristiwa-peristiwa masa lamapau yang dialami oleh manusia, disusun secara
ilmiah, meliputi kurun waktu tertentu, diberi tafsiran, dan dianalisis secara
kritis sehingga mudah dimengerti dan dimengerti sehingga memiliki manfaat
berupa. Menurut Kuntowijoyo keguanaan sejarah dibagi menjadi dua yaitu guna
intrinsic dan guna ekstrinsik.
1.
Guna
Intrinsik
Guna intrinsik, yakni kegunaan dari dalam yang
Nampak terkait dengan keilmuan dan pembinaan profesi kesejarahan. Guna
intrinsik sejarah sebagai berikut
1.
Sejarah sebagai
ilmu.
2.
Sejarah sebagai
cara mengetahui masa lampau
3.
Sejarah sebagai
pernyataan pendapat.
4.
Sejarah sebagai
profesi.
2.
Guna Ekstrinsik.
Guna ekstrinsik terkait dengan proses penanaman
nilai dan proses pendidikan. Guna Ekstrinsik meliputi.
1.
Sejarah sebagai
pendidikan moral.
2.
Sejarah sebagai
pendidikan penalaran.
3.
Sejarah sebagai
pendidikan politik.
4.
Sejarah sebagai
pendidikan kebijakan.
5.
Sejarah sebagai
pendidikan perubahan.
6.
Sejarah sebagai
pendidikan masa depan.
7.
Sejarah sebagai
pendidikan keindahan.
8.
Sejarah sebagai
ilmu bantu.
Berkaitan dengan fungsi ekstrinsik tersebut,
Nugroho Notosusanto menjelakan empat fungsi atau guna sejarah yaitu: fungsi
rekretaif, inspiratif, instruktif dan edukatif.
1.
Fungsi rekreatif
Ketika seseorang membaca narasi sejarah dan
isinya mengandung hal-hal yang terkait dengan keindahan, romantisisme, maka
akan melahirkan kesenangan estetis. Tanpa bernajak dari tempat duduk, seseorang
yang mempelajari sejarah dapat menimati bagaimana kondisi suatu masa pada masa
lampau. Jadi seolah-olah seseorang tadi sedang berekreasi ke suasana yang
lampau.
2.
Fungsi inspiratif
Dengan mempelajari sejarah akan dapat
mengembangkan inspiratif, imajinatif dan kretivitas generasi yang hidup
sekarang dalam rangka hidup berbangsa dan bernegara. Fungsi inspiratif juga
dapat dikaitkan dengan pendidikan moral. Sebab setelah belajar sejarah
seseorang dapat mengembangkan inspirasi dan berdasarkan keyakinannya dalam
menerima atau menolak nila yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah.
3.
Fungsi instruktif
Maksud fungsi intrukstif adalah sejarah sebagai
alat bantu dalam proses suatu pembelajaran. Sejarah berperan sebagai upaya
penyampaian pengetahuan dan ketrampilan kepada orang lain.
4.
Fungsi edukatif
Belajar sejarah sebenarnya dapat dijadikan
pelajaran dalam kehidupan keseharian bagi setiap manusia. Sejarah mengajarkan
tentang contoh yang sudah terjadi agar seseorang menjadi arif, sebagai petunjuk
dalam berperilaku.
2.5 CONTOH CERITA SEJARAH
2.5.1
Gerakan Non-Blok/Non Align Movement (NAM)
Gerakan Non-Blok
(GNB) atau Non Align Movement (NAM) adalah suatu gerakan yang dipelopori
oleh negara-negara dunia ketiga yang beranggotakan lebih dari 100 negara-negara
yang berusaha menjalankan kebijakan luar negeri yang tidak memihak dan tidak
menganggap dirinya beraliansi dengan Blok Barat atau Blok Timur. Gerakan Non
Blok merepresentasikan 55 persen penduduk dunia dan hampir 2/3 keanggotaan PBB.
Mayoritas negara-negara anggota GNB adalah negara-negara yang baru memperoleh
kemerdekaan setelah berakhirnya Perang Dunia II, dan secara geografis berada di
benua Asia, Afrika dan Amerika Latin. Setelah berakhirnya Perang Dunia II,
tepatnya di era 1950-an negara–negara di dunia terpolarisasi dalam dua blok,
yaitu Blok Barat di bawah pimpinan Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah
pimpinan Uni Soviet. Pada saat itu terjadi pertarungan yang sangat kuat antara
Blok Barat dan Timur, era ini dikenal sebagai era perang dingin (Cold War)
yang berlangsung sejak berakhirnya PD II hingga runtuhnya Uni Soviet pada tahun
1989. Pertarungan antara Blok Barat dan Timur merupakan upaya untuk memperluas sphere
of interest dan sphere of influence. Dengan sasaran utama
perebutan penguasaan atas wilayah-wilayah potensial di seluruh dunia. Dalam
pertarungan perebutan pengaruh ini, negara-negara dunia ketiga (di Asia,
Afrika, Amerika Latin) yang mayoritas sebagai negara yang baru merdeka dilihat
sebagai wilayah yang sangat menarik bagi kedua blok untuk menyebarkan
pengaruhnya. Akibat persaingan kedua blok tersebut, muncul beberapa konflik
terutama di Asia, seperti Perang Korea, dan Perang Vietnam. Dalam kondisi
seperti ini, muncul kesadaran yang kuat dari para pemimpin dunia ketiga saat
itu untuk tidak terseret dalam persaingan antara kedua blok tersebut.
Indonesia bisa
dikatakan memiliki peran yang sangat penting dalam proses kelahiran organisasi
ini. Lahirnya organisasi Gerakan Non Blok dilatar belakangi oleh kekhawatiran
para pemimpin negara-negara dunia ketiga terutama dari Asia dan Afrika terhadap
munculnya ketegangan dunia saat itu karena adanya persaingan antara Blok Barat
dan Blok Timur.
Dengan dipelopori oleh lima pemimpin negara Indonesia, India,
Pakistan, Burma dan Srilangka. Terselenggaralah sebuah pertemuan pertama di
Kolombo (Srilangka) pada 28 April-2 Mei 1952, dilanjutkan dengan pertemuan di
Istana Bogor pada 29 Desember 1954. Dua konferensi diatas merupakan cikal bakal
dari terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika /KAA di Bandung pada 18 April-25
April 1955 yang dihadiri oleh wakil dari 29 negara Asia dan Afrika. KAA di
Bandung merupakan proses awal lahirnya GNB. Tujuan KAA adalah mengidentifikasi
dan mendalami masalah-masalah dunia waktu itu dan berusaha memformulasikan
kebijakan bersama negara-negara yang baru merdeka tersebut pada tataran
hubungan internasional. Sejak saat itu proses pendirian
GNB semakin mendekati kenyataan, dan proses ini tokoh-tokoh yang memegang peran
kunci sejak awal adalah Presiden Mesir Ghamal Abdul Naser, Presiden Ghana Kwame
Nkrumah, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno,
dan Presiden Yugoslavia Josep Broz Tito. Kelima tokoh ini kemudian dikenal
sebagai para pendiri GNB. Adanya ketegangan dunia yang semakin meningkat akibat
persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur, yang dimulai dari pecahnya perang
Vietnam, perang Korea, dan puncaknya krisis teluk Babi di Kuba, yang hampir
saja memicu Perang Dunia III, mendorong para pemimpin negara-negara Dunia Ketiga
untuk membentuk sebuah organisasi yang diharapkan bisa berperan mengurangi ketegangan
politik dunia internasional saat itu. Pembentukan organisasi Gerakan Non Blok
dicanangkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I di Beograd, Yugoslavia 1-6
September 1961 yang dihadiri oleh 25 negara dari Asia dan Afrika. Dalam KTT I
tersebut, negara-negara pendiri GNB berketetapan untuk mendirikan suatu gerakan
dan bukan suatu organisasi untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratik
dalam membangun upaya kerjasama diantara mereka. Pada KTT I ini juga ditegaskan
bahwa GNB tidak diarahkan pada suatu peran pasif dalam politik internasional,
tetapi untuk memformulasikan posisi sendiri secara independen yang
merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya. GNB menempati posisi khusus
dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak awal memiliki peran
sentral dalam pendirian GNB. KAA tahun 1955 yang diselenggararakan di Bandung
dan menghasilkan Dasa Sila Bandung yang menjadi prinsip-prinsip utama GNB,
merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali
pendirian GNB. Tujuan GNB mencakup dua hal, yaitu tujuan ke dalam dan ke luar.
Tujuan kedalam yaitu mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi, sosial,
dan politik yang jauh tertinggal dari negara maju. Tujuan ke luar, yaitu
berusaha meredakan
ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur menuju perdamaian dan keamanan
dunia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, negera-negara Non Blok
menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). Pokok pembicaraan utama
adalah membahas persoalan-persoalan yang berhubungan dengan tujuan Non Blok dan
ikut mencari solusi terbaik terhadap peristiwaperistiwa internasional yang
membahayakan perdamaian dan keamanan dunia. Dalam perjalanan sejarahnya sejak
KTT I di Beograd tahun 1961, Gerakan Non Blok telah 16 kali menyelenggarakan
Konferensi Tingkat Tinggi, yang terakhir KTT XVI yang berlangsung di Teheran
pada Agustus 2012. Indonesia sebagai salah satu pendiri GNB pernah menjadi tuan
rumah penyelenggaraan KTT GNB yang ke X pada tahun 1992. KTT X ini
diselenggarakan di
Jakarta, Indonesia pada September 1992 – 7 September 1992, dipimpin
oleh Soeharto. KTT ini menghasilkan “Pesan Jakarta” yang mengungkapkan sikap GNB
tentang berbagai masalah, seperti hak azasi manusia, demokrasi dan kerjasama
utara selatan dalam era pasca perang dingin. KTT ini dihadiri olehlebih dari
140 delegasi, 64 Kepala Negara. KTT ini juga dihadiri oleh SekjenPBB Boutros
Boutros Ghali.
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
3.1 KESIMPULAN
Sejarah merupakan peristiwa masa lampau yang berkaitan langsung
dengan kehidupan manusia, dalam sejarah kehidupan tentu banyak pengalaman-pengalaman
dari para pelaku sejarah yang bisa kita jadikan pelajaran hidup di masa depan. Dalam pembahasan di atas sejarah dikenal
sebagai ilmu masa lampau artinya dalam ilmu sejarah lebih banyak menceritakan
tentang kejadian dimasa lampau. Berbagai manfaat di dalam mempelajari sejarah
salah satunya, dengan belajar sejarah kita bisa mengetahui peristiwa atau
kejadian dimasa lampau.
3.2 SARAN
Saran kami sebagai penyusun makalah ini,
kami berharap kepada seluruh masyarakat
untuk lebih meningkatkan
semangatnya dalam mempelajari sejarah,
dan diharapkan kepada instansi terkait untuk bisa memfasilitasi penelitian-penelitian
sejarah yang diakukan oleh para ilmuan dan mahasiswa untuk menemukan ilmu-ilmu
sejarah yang baru guna menunjang eksistensi sejarah di kalangan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
v
pengertian
ruang lingkup sejarah (online) https://sejarawan.wordpress.com/2012/09/24/pengertian-dan-ruang-lingkup-sejarah-2/
v
Buku Sejarah Indonesia kelas XII/
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- . Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar